MENU

Kamis, 07 Januari 2010

Filsafat dan Sains

Pada dasarnya filsafat mempertanyakan persoalan yang terkait dengan alam dan hidup manusia. Filsafat pra_Sokratik di yunani kuno bergumul dengan spekulasi alam. Filsuf-filsuf seperti Thales, Parmenides dan Herakleitos lebih mempertanyakan tentang sifat-sifat alam dan apa yang mendasari alam. Pertanyaan ini kemudian berkembang menjadi pertanyaan metafisis dengan munculnya Aristoteles. Hal yang fisik dalam arti kuno bermakna kuasa-kuasa atau daya-daya alam. Maka, filsafat pada masa awal bersifat saintifik karena mempertanyakan ciri-ciri alam.
Pada waktu itu, sains belum menjadi eksperimental. Para filsuf hanya berspekulasi tentang alam dan filsafatnya merupakan filsafat alam. “Untuk menjadi eksperimental dalam arti modern, dibutuhkan sejumlah faktor, termasuk mempersiapkan suatu keadaan dimana variabel-variabel tertentu dapat dikendalikan, dimana suatu pengukuran dapat dilakukan dan demikian, menyiratkan penilaian matematis atau kuantitatif terhadap sesuatu. Tetapi, yang paling penting ialah eksperimen membutuhkan teknologi atau instrumen yang dengannya yang dengannya suatu fenomena dibandingkan, baik dipertentangkan maupun dihubungkan.”
Hal yang menonjol ialah perbedaan antara budaya Romawi-Helenis. Budaya Romawi-Helenis mengalami perkembangan teknologis dan eksperimental, sedangkan budaya Yunani klasik lebih dekat dengan aktifitas berfikir dan berteori. Dalam budaya Romawi-Helenis, misalnya, terdapat jam matahari yang diciptakan untuk mengukur waktu, mercusuar untuk memandu kapal laut, jalan batu yang bagus bagi tentara Romawi, saluran air untuk mendistribusikan air ke dalam kota dan lain-lain.
Pada Abad Kegelapan pengetahuan ini disimpan dalam kebudayaan islam. Mulai Abad Pertengahan, filsafat lebih bersifat teologis. Semua pemikiran diarahkan pada Allah sebagai Yang Mutlak. Namun, pada kurun waktu ini pula terjadi revolusi teknologis berupa pembangunan katedral-katedral yang besar dan mengagumkan. Pembangunan ini dapat terlaksana berkatnya ada mesin-mesin pengangkat batu dan para ahli bangunan yang handal.
Selanjutnya, pada masa Renaissance minat terhadap budaya dan pengetahuan Yunani-Romawi bangkit kembali.Dunia barat mulai memperoleh pengetahuan Yunani-Romawi lewat tokoh-tokoh Islam yang sudah menerjemahkan karya-karyaYunani ke dalam bahasa Arab. Pengetahuan juga bertambah dengan penjelajahan ke bangian belahan dunia lain melalui jalan laut. Filsafat alam mulai dibedakan dari filsafat.
Pada zaman modern filsafat dibedakan dari sains. Filsafat berhubungan dengan hal-hal metafisik, sementara sains berhubungan dengan hal-hal fisik. Tokoh penting sains seperti Isaac Newton melakukan inovasi baru dalam sains. Hal serupa dilakukan Immanuel Kant dalam bidang filsafat.
Hegel mulai menggunakan istilah “filsafat”,seperti filsafat sejarah , filsafat agama.”Filsafat” meninjau suatu tema dan secara tamatis serta kritis menafsirkan dan menganalisanya. Filsafat dengan ruang lingkupnya yang amat luas lantas mampu mengkritk dan menganalisis berbagai tema sehingga muncullah berbagai jenis aliran filsafat. Pada 1877 terbit sebuah buku berjudul “Techniphilosophie”(filsafat teknologi) yang ditulis oleh Ernst Kapp, seorang neo-Hegelian. Namun, baru seratus tahun kemudian filsafat teknologi diakui sebagai cabang filsafat tersendiri di Amerika Utara.
Menurut Ihde, setelah sains dan filsafat berpisah di zaman modern, yakni abad ke-19, sains berkembang pesat dan masuk ke berbagai bidangterapan yang lantas memicu Revolusi Industri. Hal ini terlihat dari, misalnya, fenomena medan magnet yang nenghasilkah teknologi lisrik dan selanjutnya mempengaruhi perkembangan teknologi. Sebaliknya, filsafat mengalami kebuntuan karena para pemikir neo-Kantian dan neo-Hegelian yang mendominasi pemikiran filsafat pada waktu itu hanya berkutat untuk mengembangkan sistem tafsiran metafisik yang luas dan mengasingkan diri dalam menara gading akademis.
Kondisi dunia filsafat mulai berubah dengan munculnya tiga aliran yang menentukan arah filsafat abad ke-20, yaitu pragmatisme dari Jhon Dewey, positivisme (logis) dari Lingkaran Wina dan fenomenologi dari Admund Husserl. Masing-masing metode ini memiliki metode sendiri. Pragmatisme lebih terarah kepada penyelesain masalah. Positivismen menjadikan sains sebagai pusat epistimologinya dengan metode empiris, logika dan analisis lingustik. Fenomenologi merupakan sains pengalaman yang rigit dengan meminggirkan prasangka-prasangka. Ketiga aliran ini mencurigai metafisika dalam hal pembentukan sistem-sistem yang a priori. Ketiganya juga mengakui sins dan metode sains pertama-tama sebagai rasional dan kritis. Maka, filsafatpun lebih terfokus pada masalah, lebih kongkrit, lebih partikular dan lebih analitik. Ini sungguh berbeda dengan filsafat sebelumnya yang dipenuhi metafisika abstrak.
Pada abad ke-20 juga muncul teknologi tinggi. Sains beralih menjadi teknosains. Istilah teknosains antara lain berarti bahwa sains dan teknologi bukanlah dua wilayah yang terpisah, melainkan dua bidang yang sling berhubungan. Teknologi moderm menjadi sangat berbeda dari teknologi tradisional. Alat-alat teknologi yang canggih diciptakan. Salah satunya ialah komputeryang mampu mengerjakan banyak hal yang tidak dapat dilakukan manusia.
Sejak 1930-an filsafat umum tidak lagi dikaitkan dengan sains umum akibat munculnya filsafat sains yang meneliti sains sebagai tema tersendiri. Aliran filsafat yang paling domain dalm filsafat sains tersebut ialah positivisme. Positivisme terfokus pada teori. Kecendrungan ke arah teori inilah yang menyebabkan filsafat teknologi terlambat masuk ke dalam dunia filsafat. Menurut filsafat Yunani, telah unggul daripada hal-hal praktis. Idealisme Plato mengutamakan ide-ide teoritis dibandingkan dengan dunia sehari-hari yang priktis. Teknologi dianggap sebagai bagian dari yang praktis dan hanya merupakan terapan dari sains yang teoritis. Maka, teknologi dianggap tidak begitu penting daripada sains.